Resue pertemuan ke 13 GMLD
Sabtu, 28 Desember 2024
BERBINCANG DENGAN HOAX MEDIA SOSIAL DAN DUNIA
DIGITAL
Materi
pada pertemuan kali ini “berbincang dengan HOAX Media sosal dan dunia digital,
materi kali ini dengan nara sumber Dr.Wijaya Kusumah,S.Pd.M.Pd. Guru Blogger
Indonesia yang biasa kami kenal dengan Om Jay. “Bercumbu mesra dengan Hoaks”
salah satu artikel yang beliau tuliskan di komposiana. Apakah kita bisa
bercumbu dengan Hoaks tentunya tidak.
Berita hoaks di media sosial adalah informasi
palsu atau menyesatkan yang sengaja dibuat untuk memanipulasi opini publik,
menimbulkan kebingungan, atau meraih keuntungan tertentu. Hoaks sering menyebar
dengan cepat karena memanfaatkan emosi, seperti rasa takut, marah, atau
penasaran, sehingga orang cenderung langsung membagikannya tanpa memeriksa
kebenarannya. Di media sosial, hoaks dapat muncul dalam berbagai bentuk,
seperti teks, gambar, video, atau kombinasi dari semuanya. Kemudahan akses dan
minimnya verifikasi membuat platform digital menjadi lahan subur bagi hoaks.
Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan literasi digital agar pengguna
lebih kritis dan tidak mudah terjebak informasi palsu.
Menurut
Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd, hoax itu sangat berbahaya dan bisa membuat manusia
saling membenci dan tidak lagi saling berkasih sayang
1. Jangan percaya begitu saja.
2. Cek sumber dan tanggal publikasi.
3. Verifikasi informasi melalui fakt-checking.
4. Jangan terburu-buru membagikan informasi.
5. Gunakan logika dan akal sehat.
Langkah Pribadi
1. Verifikasi sumber: Periksa kredibilitas sumber berita.
2. Cari informasi lengkap: Cross-check dengan beberapa sumber.
3. Jangan membagikan informasi tanpa memastikan: Pastikan kebenaran informasi sebelum membagikan.
4. Gunakan filter: Aktifkan filter anti-hoax di media sosial.
5. Edukasi diri: Pelajari tentang literasi digital dan kritik sumber.
1. Bahas dengan keluarga dan teman: Berbagi pengetahuan tentang bahaya hoax.
2. Membuat komunitas anti-hoax: Bergabung dengan grup atau komunitas yang peduli dengan literasi digital.
3. Melaporkan hoax: Beritahu platform media sosial atau pihak berwenang.
1. Mendukung kebijakan anti-hoax: Mendukung peraturan dan kebijakan pemerintah.
2. Mengikuti kampanye kesadaran: Mengikuti kampanye kesadaran tentang bahaya hoax.
3. Mendukung lembaga verifikasi: Mendukung lembaga verifikasi seperti FactCheck dan Snopes.
1. Kementerian Komunikasi dan Informatika
2. FactCheck
3. Snopes
4. BBC Reality Check
5. UNESCO: Literasi Media dan Informasi
1. Jangan mempercayai berita yang memicu emosi.
2. Periksa tanggal publikasi.
3. Cari sumber primer.
4. Jangan membagikan informasi tanpa memastikan kebenarannya.
5. Gunakan teknologi anti-hoax.
1. Bahasa yang emosional atau provokatif.
2. Judul yang sensasional atau menyesatkan.
3. Tidak ada tanggal atau waktu yang jelas.
4. Sumber tidak jelas atau tidak kredibel.
5. Tidak ada bukti atau sumber yang mendukung.
6. Informasi yang tidak sesuai dengan logika atau fakta.
7. Menggunakan kata-kata seperti "eksclusif", "breaking news", atau "terungkap).
1. Periksa situs web resmi sumber tersebut.
2. Cari informasi serupa dari sumber lain yang kredibel.
3. Periksa tanggal dan waktu publikasi.
4. Cari informasi tentang penulis atau pengarang.
5. Periksa apakah sumber tersebut memiliki reputasi baik.
1. Cari verifikasi dari fakt-checker seperti Kompas Fact Check atau AFP Fact Check.
2. Periksa situs web resmi pemerintah atau lembaga terkait.
3. Cari informasi dari sumber yang berbeda.
4. Gunakan mesin pencari untuk mencari informasi serupa.
5. Periksa apakah berita tersebut sudah dikoreksi atau ditarik.
1. Jangan langsung membagikan berita tanpa memeriksa kebenaran.
2. Gunakan logika dan pertimbangkan kemungkinan.
3. Jangan terpengaruh emosi.
4. Ikuti kursus atau pelatihan literasi media.
5. Berhati-hati dengan berita yang mengandung prasangka atau bias.
1. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo)
2. UNESCO - Literasi Media dan Informasi
3. Kompas Fact Check
4. AFP Fact Check
1. Bahasa yang emosional atau provokatif.
2. Judul yang sensasional atau menyesatkan.
3. Tidak ada tanggal atau waktu yang jelas.
4. Sumber tidak jelas atau tidak kredibel.
5. Tidak ada bukti atau sumber yang mendukung.
6. Informasi yang tidak sesuai dengan logika atau fakta.
7. Menggunakan kata-kata seperti "eksclusif", "breaking news", atau "terungkap).
1. Periksa situs web resmi sumber tersebut.
2. Cari informasi serupa dari sumber lain yang kredibel.
3. Periksa tanggal dan waktu publikasi.
4. Cari informasi tentang penulis atau pengarang.
5. Periksa apakah sumber tersebut memiliki reputasi baik.
1. Cari verifikasi dari fakt-checker seperti Kompas Fact Check atau AFP Fact Check.
2. Periksa situs web resmi pemerintah atau lembaga terkait.
3. Cari informasi dari sumber yang berbeda.
4. Gunakan mesin pencari untuk mencari informasi serupa.
5. Periksa apakah berita tersebut sudah dikoreksi atau ditarik.
1. Akui bahwa Anda salah dan jangan malu mengakui kesalahan.
2. Jangan mempertahankan pendapat yang salah.
1. Cari sumber informasi yang kredibel dan terkini.
2. Periksa fakta dan data yang mendukung.
3. Baca artikel atau berita dari sumber yang berbeda.
1. Beri klarifikasi atau koreksi pada media sosial atau forum diskusi.
2. Beritahu orang-orang yang mungkin terpengaruh.
3. Jelaskan mengapa Anda salah dan apa yang Anda pelajari.
1. Pelajari cara mengidentifikasi hoax.
2. Ikuti kursus atau pelatihan literasi media.
3. Baca artikel tentang kritisisme dan pemikiran logis.
1. Jangan membagikan informasi tanpa memeriksa kebenaran.
2. Gunakan faktor-faktor berikut untuk mengidentifikasi hoax:
- Sumber tidak jelas atau tidak kredibel.
- Bahasa yang emosional atau provokatif.
- Tidak ada bukti atau sumber yang mendukung.
- Informasi yang tidak sesuai dengan logika.
1. Bagikan pengalaman Anda untuk mengedukasi orang lain.
2. Dorong orang lain untuk memeriksa kebenaran informasi.
3. Dukung kampanye anti-hoax dan literasi media.
1. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) - Pedoman Mengenali dan Menghindari Hoax.
2. UNESCO - Literasi Media dan Informasi.
3. (link unavailable) - Cara Mengenali Hoax.
Benar kata om jay, cari dulu kebenarannya, jangan langsung percaya. Teknologi yang canggih seringkali disalah gunakan. Sejatinya teknologi sebagai alat untuk mendapat informasi dunia tapi malah disalah gunakan menjadi tipuan media sosial yang gunanya merekayasa berita supaya terlihat menarik dan banyak peminat. Tapi belum tentu apa yang disampaikan adalah fakta, tidak jaramg apa yang kita lihat dan baca merupakan hoax belaka. Tips n trik dari om jay sungguh sangat membantu untuk kita memilah berita hoax ataupun yang sebenarnya. Terima kasih atas tulisan yang sangan bermanfaat ini ibu Emmi Suhaimi. Semoga banyak lagi orang yang mendapat fanfaat dari tulisan ini.
BalasHapusArtikel ini sangat relevan dengan kondisi saat ini dimana hoax begitu mudah menyebar dimedia sosial,materi ini juga sangat cocok untuk dijadikan sebagai materi pelatihan dan sosialisasi, terima ksih atas tulisan yang sangat bermanfaat ini ibu kepala sekolah Emmi Suhaimi, S.Pd. semangat terus dalam berbagi ilmu untuk orang banyak.
BalasHapusSaya sebagai pengguna berbgai social media artikel ini sngat membantu untuk lebih menyeleksi berita atau informasi serta memberikn informasi u tuk lebih bijak dalam menyikapi setiap informasi yg berselancar di sosial media..
BalasHapus