Resume ke : 7
Gelombang : 32 KBMN PGRI
Nara Sumber : Ditta Widya Utami,S.Pd.Gr
Moderator : Gina Dwi Septiani,S.Pd.M.Pd
Materi : Mengatasi Writer's Block
Gelombang : 32 KBMN PGRI
Nara Sumber : Ditta Widya Utami,S.Pd.Gr
Moderator : Gina Dwi Septiani,S.Pd.M.Pd
Materi : Mengatasi Writer's Block
Seorang penulis tak jarang dalam menulis mengalami buntu ide, kegelisahan menulis, takut dikritik, kehilangan inspirasi sehingga kita tidak dapat menulis. Oleh karena itu malam ini ibu nara sumber Ditta Widya Utami,S.Pd.Gr akan mengupas cara "mengatasi writer's Block" yang di damping oleh Gina Dwi Septiani,S.Pd.M.Pd sebagai moderator.
Sebelum menyampaikan materi nara sumber minta peserta untuk menulis dengan materi yang sudah di siapkan. peserta menulis dengan lancar ide yang di tuangkan mengalir begitu saja tanpa mengalami hambatan. Kenapa hal ini bisa terjadi kita menulis dengan mudah karena tema yang kita pilih terkait dengan keseharian kita, sesuai dengan minat kita, dan yang kita tulis itu sesuai dengan apa yang kita rasakan, apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar.
Jika kita memilih tema di luar dari apa yang kita ketahui maka kita akan mengalami kesulitan.
Menulis adalah sejatinya kata kerja . maka harus "aktif" tak bisa kita bercita-cita jadi penulis namun tidak menulis, oleh karena itu kita perlu upaya untuk berlatih. Kemudian nara sumber meminta kami untuk memilih hal-hal yang pernah kami rasakan saat menulis, ada yang memilih sylit untuk fokus, kemudian ada yang memilih sering berubah pikiran (karena ide yang terus berkembang) , terlalu sering mengoreksi tulisan, dan ada yang memilih "merasa kurang bersemangat". Jadi apa yang menjadai pilihan peserta sebenarnya adalah ciri-ciri atau tanda bahwa kita pernah writer's block atau bunda Ditta menyebutnya Virus WB.
Seseorang yang mengalami kesulitan untuk memulai atau melanjutkan menulis dikenal sebagai writer’s block. Pada tahun 40-an istilah writer’s block dikenalkan oleh seorang ahli psikoanalisis (yang mempelajari pemikiran alam bawah sadar dan perilaku manusia), Edmund Bergler.
Dari kacamata psikologi, dalam sebuah studi dari Yale psychologists pada 1970 dan 80-an yang ditinjau kembali oleh New Yorker, writer’s block merupakan hal konkrit dan dapat diatasi penulis.
Dua orang psikolog bernama Jerome Singer dan Michael Barrios melakukan penelitian mengenai fenomena writer’s block ini terhadap para penulis berlatar belakang yang berbeda, mulai dari penyair puisi hingga screen writer.
Mereka menemukan penulis yang mengalami writer’s block sedang merasa tidak bahagia. Agar lebih mudah memahaminya, kedua psikolog tersebut membagi empat dasar penyebab ketidakbahagiaan para penulis yang menjadi peserta studi mereka. (Deepublish)
empat dasar ketidakbahagiaan para penulis :
1. Kecemasan
2. Pemarah
3. Apatis
4. Memiliki masalah dg orang lain
WB berhubungan dengan kondisi fisikologis seseorang. Kondisi ini muncul ketika ide-ide seolah tertahan, inspirasi terasa jauh, dan kata-kata enggan tersusun. Writer’s block dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tekanan perfeksionisme, kelelahan mental, atau kecemasan akan hasil tulisan.
Tantangan ini bisa dialami oleh siapa saja, baik penulis pemula maupun yang telah berpengalaman. Namun, dengan memahami penyebabnya dan menerapkan strategi yang tepat, writer’s block dapat diatasi. Kesadaran akan pentingnya menjaga kreativitas, membangun kebiasaan menulis yang konsisten, serta memberi ruang bagi diri sendiri untuk berefleksi menjadi langkah awal dalam menghadapi hambatan
Menurut Pandangan Umum
Penulis dan psikolog Susan Reynolds menyatakan bahwa writer’s block hanyalah sebuah mitos dan bukan kondisi psikologis sama sekali.
Walau begitu, Reynolds mengakui bahwa menulis adalah proses mental yang menantang.
Apakah writer’s block merupakan masalah psikologis yang nyata atau hanya istilah yang diciptakan saat penulis menghadapi tantangan, ada banyak alasan penyebab masalah ini, misalnya:
1. Merasa takut (seperti takut bahwa karyanya tidak lebih baik dari orang lain)
2. Perfeksionis
3. Tekanan eksternal (contoh tuntutan untuk membuat tulisan)
Beliau bahkan bilang kalau WB ini ada dua kondisi:
1. Kondisi akut seperti saat kita berjalan lalu tersandung batu kecil. Terkadang saat menulis, ada "masalah kecil" yang menghambat proses kreatif kita. Namun, hal ini masih bs diatasi dengan istirahat sejenak atau mengurai ide-ide.
2. Kondisi kronis (besar) dimana kita benar-benar terhalang oleh hal-hal besar saat menulis sehingga seperti g ada jalan keluar.
WB ini bisa terjadi pada siapapun baik penulis pemula maupun penulis profesional, Novelis, cerpenis, penulis puisi, jurnalis, script writer, ghost writer, siapa pun. WB ini bisa datang kapanpun dan di manapun. Biasa terjadi di awal, ditengah atau di akhir penulisan. Bisa terjadi dalam waktu yang singkat, bahkan bisa pula bertahun-tahun.
Adapun cara mengatasi WB adalah ada pada diri masing masing,
Hal apa yang sering dilakukan saat merasa jenuh/buntu menulis?
- Istirahat sejenak
- Membaca karya orang lain
- Melakukan aktivitas selain menulis
- cari suasana baru
- mencoba menulis bebas
Saat banyak tekanan dari luar, sehingga membuat kita mandeg menulis, mungkin obatnya adalah istirahat sejenak.
Jika penyebabnya kehabisan ide atau bingung, mungkin kita bisa membaca karya orang lain, melakukan diskusi atau aktivitas berbeda untuk mendapatkan inspirasi baru.
Jika penyebab WB nya adalah terlalu perfeksionis sehingga lebih banyak revisi yang membuat tulisan gak kelar kelar, mungkin sesekali kita perlu melakukan free writing. Menulis bebas sekitar 5-10 menit tanpa memikirkan eyd, tanda baca, dll. Sing penting nulis dan beres. Titik.
Jadi, kunci dalam menghadapi writer’s block akan kembali kepada kita bagaimana kita mengenali penyebab writer’s block yang hinggap itu sendiri. sebagai kata penutup dari nara sumber dengan menyematkan kata-kata menarik "Standar kemampuan tiap orang itu berbeda dan pengkritik terbesar sesungguhnya adalah diri kita sendiri. ( saat kiota membandingkan karya kita dengan karya orang lain atau karya kita sebelumny ayang sukses)
Sebagai kesimpulan bahawa menghadapi writer’s block adalah bagian dari perjalanan seorang penulis. kesulitan ini mungkin terasa melelahkan dan membuat frustrasi, tetapi bukan berarti tidak bisa diatasi. Dengan memahami penyebabnya, mencari inspirasi dari berbagai sumber, serta membangun kebiasaan menulis yang konsisten, setiap penulis dapat melewati masa-masa sulit ini. Yang terpenting adalah tidak menyerah dan terus berlatih, karena menulis bukan hanya tentang menghasilkan kata-kata, tetapi juga tentang proses berpikir dan berekspresi. Setiap tantangan yang dihadapi akan menjadi pengalaman berharga yang memperkaya perjalanan kreatif seorang .
mantap resumenya
BalasHapusTerima kasih Om Jay
Hapus