"MERANGKAIKAN DIKSI DALAM KALIMAT"

 


Resume            : 6
Gelombang      : 32
Hari/Tanggal   : Senin, 3 Februari 2025
Nara Sumber   : Maydearly
Moderator       : Purbaniasita Kusumaning Sedyo,S.Pd
Materi             : Diksi dan Seni Bahasa


Tiap huruf adalah cahaya
menerangi hati yang bersuara
menyampaikan isi jiwa
menggugah dunia dengan aksara

Teruslah menulis tanpa henti
Biarkan pena menari-nari
sebab kata takkan pernah mati
menghidupkan mimpi dalam sunyi

Ketika angin berbisik menyampaikan pesan bahwa saatnya untuk berkumpul menyatukan kasih dan bercumbu lewat maya untuk mendapatkan secercah cahaya. Di tengah nyanyian hujan suara ratu diksi memanggil melambaikan tangan dan menyapa para kontestan yang haus akan ilmu. 
Nara sumber yang penuh dengan prestasi Maydearly dengan materi Diksi dan seni Bahasa yang di dampingi oleh bunda Purbaniasita Kusumaning Sedyo,S.Pd.

Menurut KBBI, diksi adalah pilihan kata yang tepat serta selaras dan bertujuan agar pembaca dapat memahami teks dalam  tulisan. 

Diksi lahir untuk memberikan ruh agar sebuah kata memiliki kepantasan yang lebih bermakna. Dengan Diksi, kita akan lebih merasakan warna dan rasa untuk setiap kalimat. 

Dahulu, sejarahwan Yunani bernama Aristoteles memperkenalkan Diksi untuk menulis puisi. Kini, Diksi berkembang pesat tidak hanya pada puisi tapi juga digunakan untuk memperindah bahasa sebagai padanan kata agar lebih terasa maknanya.


Dalam konteks sastra atau tulisan kreatif, keindahan diksi sangat penting karena dapat mempengaruhi bagaimana pembaca merespons dan menghayati karya tersebut. Kata-kata yang dipilih dengan cermat tidak hanya memperkaya pengalaman membaca tetapi juga dapat mengekspresikan nuansa, emosi, atau gambaran dengan lebih mendalam.

Jadi, untuk mencapai keindahan diksi, penulis perlu memperhatikan konteks penggunaan kata-kata, pemilihan kosakata yang sesuai dengan nada atau suasana yang diinginkan, serta kemampuan untuk menggambarkan atau menggambarkan dengan cara yang unik dan menarik.

William Shakespeare dikenal dengan penggunaan diksi yang kaya dan puitis dalam karya-karyanya. Diksi merujuk pada pilihan kata-kata yang digunakan dalam tulisannya, dan Shakespeare terampil dalam memilih kata-kata yang tepat untuk menciptakan nuansa, gambaran, dan emosi yang mendalam dalam karya-karyanya seperti drama dan puisi.

Salah satu karya William Shakespeare yang terkenal adalah Romeo and Juliet: Karya ini memperlihatkan diksi yang romantis dan ekspresif, dengan dialog-dialog yang puitis antara kedua tokoh utama.

Apakah kita penulis pemula tidak bisa berdiksi? oleh karena itu ada 5 jurus jitu dalam mengembangkan Diksi yang menarik:

1. Sense of Touch
2. Sense of Smell
3. Sense of Taste
4. Sense of Jurnalism
5. Sense of Hearing

Berdasarkan ke 5 jurus tersebut akan kita kupas satu persatu

1. Sense of touch atau indera sentuhan dapat berperan penting dalam mengembangkan diksi, terutama
    dalam menggambarkan atau menjelaskan pengalaman fisik atau emosional. Berikut adalah beberapa
   cara di mana sense of touch dapat membantu dalam pengembangan diksi:
    a. Deskripsi Fisik: Menggunakan kata-kata yang merujuk pada sensasi fisik yang dirasakan oleh
         karakter atau objek dalam cerita. Misalnya, "rasa kasar batu yang menggores telapak tangan" atau
         "kelembutan bulu halus yang menyentuh pipi".
    b. Ekspresi Emosi: Mendeskripsikan bagaimana indera sentuhan mempengaruhi suasana hati atau
       emosi seseorang. Contohnya, "rasa dingin membelai kulitnya membuatnya merasa kesepian" atau
      "kehangatan pelukan memenuhi hatinya dengan kedamaian"
    c. .Nuansa dan Atmosfer: Menggunakan sensasi sentuhan untuk membangun nuansa atau atmosfer
       dalam sebuah setting. Misalnya, "angin sepoi-sepoi menyentuh kulit mereka dengan lembut di tepi
       pantai yang sunyi" atau "hujan deras yang membasahi bumi dengan kelembutan."
    d. Metafora dan Personifikasi: Menggunakan sentuhan secara metaforis untuk menggambarkan
       pengalaman atau objek secara lebih mendalam. Contohnya, "sinar matahari merayap seperti jemari
      emas yang membelai tanah gersang" atau "suara angin di pepohonan menggelembung seperti suara
      tawa anak-anak yang bermain."

2. Sense of smell atau indera penciuman adalah elemen penting dalam berdiksi karena dapat menambah
    kedalaman dan kehidupan dalam deskripsi pengalaman atau suasana. Berikut adalah beberapa cara di
    mana sense of smell dapat digunakan dalam berdiksi:
   
   a. Deskripsi Lingkungan: Menggunakan aroma untuk menggambarkan lokasi atau lingkungan dengan
      lebih jelas. Contohnya, "aroma bunga melati yang menyegarkan memenuhi udara di taman itu" atau
      "bau tanah basah setelah hujan turun sepanjang malam."
   b. Karakterisasi: Menambahkan aroma untuk menggambarkan karakter atau suasana hati. Misalnya, 
     "parfum mewah yang menguar dari lehernya menunjukkan keanggunan dan kepercayaan dirinya"
       atau "bau rokok dan alkohol yang menusuk hidung menggambarkan gaya hidupnya yang kasar."
   c. Memori dan Emosi: Menggunakan aroma untuk memicu memori atau mengekspresikan emosi
      karakter. Contohnya, "aroma kue mangga yang manis membawa kenangan masa kecilnya yang
      bahagia" atau "bau bensin yang tajam memicu kecemasan dalam dirinya."
   d. Metafora dan Simbolisme: Menggunakan aroma secara metaforis untuk menggambarkan suasana
      atau konsep. Misalnya, "bau kemarahan yang menyengat terasa di udara" atau "aroma kebohongan
      yang terasa menyengat di ruang rapat itu."

3. Sense of taste, atau indera perasa, juga dapat digunakan dengan efektif dalam berdiksi untuk 
     memperkaya pengalaman pembaca dengan sensasi-sensasi yang berkaitan dengan rasa. Berikut
     adalah beberapa cara di mana sense of taste dapat dimanfaatkan dalam berdiksi:

    a. Deskripsi Makanan dan Minuman: Menggunakan rasa untuk menggambarkan makanan atau
       minuman dengan lebih jelas. Contohnya, "rasa manis dari cokelat leleh mengalir di lidahnya" atau
       "rasa pedas dari sambal yang membara memenuhi seluruh mulutnya."
    b. Ekspresi Emosi atau Perasaan: Menggunakan rasa untuk mengekspresikan emosi atau perasaan
       karakter. Misalnya, "rasa getir kecewa yang seperti pahit di ujung lidahnya" atau "rasa gembira
       yang segar seperti buah-buahan tropis yang manis."

4. Sense of Jurnalism
 merujuk pada cara penggunaan diksi yang khas dalam konteks jurnalisme untuk menyampaikan berita atau cerita dengan cara yang informatif, jelas, dan terkadang juga memikat.

5. Sense of hearing atau indera pendengaran dapat diterapkan secara efektif dalam berdiksi untuk
    menciptakan pengalaman auditori yang kuat dalam tulisan. Berikut beberapa cara menggunakan
    sense of hearing dalam berdiksi:

   a. Deskripsi Suara: Menggunakan kata-kata untuk menggambarkan berbagai jenis suara dengan
      detail. Misalnya, "derap langkah kaki yang cepat di lorong yang sepi" atau "gemerisik daun kering
     yang disapu angin."
   b. Atmosfer dan Nuansa: Suara dapat digunakan untuk membangun atmosfer atau nuansa tertentu
     dalam sebuah setting. Contohnya, "gemuruh petir yang menggetarkan jendela" untuk menciptakan
     ketegangan atau "suara riuh kerumunan yang memenuhi pasar pagi."
   c. Ekspresi Emosi: Suara juga dapat mengekspresikan emosi atau perasaan. Misalnya, "senandung
      riang anak-anak yang bermain di halaman sekolah" atau "ratapan sedih yang terdengar di ruang
      tengah rumah duka."
   d. Simbolisme dan Metafora: Suara dapat digunakan secara metaforis untuk menyampaikan makna
       yang lebih dalam. Contohnya, "suara jangkrik malam yang menyiratkan kesepian di hatinya" atau
       "nyanyian angin yang membawa berita baik."

Dari uraian di atas maka Diksi adalah tentang rasa, dan rasa adalah tentang indra. Apa yang kita lihat, kita dengar, kita sentuh, ketika kita jabarkan dalam sebuah kalimat yang menarik maka akan terlahir sebuah kata yang unik.
Diksi adalah padanan kata ,dimana setiap kata memiliki sinonim. Ketika kita terbiasa menyebut kata "membaca" sesekali kita cari padanan dengan kata "merapal" maka tulisan kita akan terasa berbeda namun memiliki arti yang sama.

contoh :
Kita akan menjadi sepasang asing atas kehilangan masing-masing, aku merapal namamu dalam punggung malam nan keriput, walau selalu luka namamu adalah nyata dalam kidung do'a

Apakah Diksi selalu bertajuk puisi? 

Jawabannya tentu tidak. Karena Diksi adalah kata pengganti yang bermakna sama, bisa dipakai pula untuk sebuah karya ilmiah.

    Dari apa yang disampaikan oleh nara sumber bahwa diksi berperan penting, sebagaimana diksi adalah ruh dari sebuah kalimat. Ketika kita sudah menulis dengan rasa, maka hati kita akan mudah memilah diksi yang kita inginkan. Diksi adalah tentang seni bahasa, dalam seni tentu ada irama, irama ini dihasilkan dari Diksi
     Penggunaan diksi sangatlah variatif, tergantung jenis tulisan yang kita sajikan. Ketika kita menulis cerpen atau Novel, tentu perlu diksi yang sangat manis dan karya itu akan lebih bermakna. Diksi adalah seni Bahasa, ketika kita belajar diksi, artinya kita belajar gaya bahasa. Diksi dapat digunakan untuk mengkritisi estetik dalam masyarakat, tentu harus diksi yang tidak berbau majas hiperbola, tetapi lebih kepada kalimat tegas dan lugas

Sebagai kata penutup dari pertemuan malam ini  dari nara sumber beberapa asa kemudian ku eja dalam dinding kenangan, agar terjaga menjadi sebuah lukisan, lukisan yang digoreskan dari lekukan pena merupakan sebuah jembatan kenangan. Menulislah seperti Embun yang ketika melangit ke Arsy menjadi keabadian, dan ketika jatuh ke Bumi, menjadi pengetahuan.

Semoga dahaga ini dapat terobati oleh ilmu,mengalir jernih menyegarkan nurani, menuntun langkah dalam cahaya, dan menumbuhkan hikmah di setiap jeda.

EMMI SUHAIMI

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

2 komentar: