Resume             : 13

Gelombang        : 29

Hari Tanggal     : Senin, 24 Juli 2023

Moderator          : Gina Dwi Septiani

Nara Sumber       : Miftahul Hadi

Materi                  : Kaidah Pantun




            Jalan-jalan ke pulau sumbawa
           Jangan lupa membeli madu
           Mari belajar di kelas maya
          untuk memperbanyak ilmu
                                                                
                                                        anak sekarang banyak hasrat
                                                        pergi belajar ke bukit tinggi
                                                        jika ilmu sudah di dapat
                                                        mari beramal dan berbagi                     


Tak terasa sudah memasuki pertemuan ke 13, belum mulai kegiatan peserta KBMN sudah mulai berpantun, Ibu Gina Dwi Septian memperkenalkan diri alumni KBMN 27 sebagai moderator pada malam ini memimpin doa sebelum kegiatan di mulai. kemudian menyampaikan sebuah pantun

    Pergi ke pasar membeli delima
    Pulangnya mampin di toko zaitun
    Marilah kita sambut bersama-sama
    Mas Miftah narasumber pantun

Nama : Miftahul Hadi, S.Pd.
Unit Kerja : SD Negeri Raji 1 Demak
Jabatan : Guru Kelas
Surel : miftahulhadi83@guru.sd.belajar.id

kemudian di balas  dibalas oleh pak Hadi :

Mawar sekuntum kecillah dahan,
Daun salam tumbuh di kota
Assalamualaikum saya ucapkan
Sebagai salam pembuka kata

Malam ini materi yang akan di bahas tentang Kaidah Pantun, berbicara soal pantun pasti ingatan kita langsung tertuju pada saudara kita di pulau sumatra yaitu suku bangsa melayu, namun kita harus mengingat apakah pantun yang sudah kita buat sesuai dengan kaidah pantun?

Sebenarnya pantun tersebar di seluruh Indonesia,

Menurut Suseno (2006) di tapanuli pantun di kenal dengan nama ende-ende

Contoh:

Molo mandurung ho dipabu,
Molo malungun ho diahu,
Tatap siru mondang bulan.
Tampul si mardulang-dulang,

Artinya:

Jika tuan mencari paku,
Petiklah daun sidulang-dulang,
Jika tuan rindukan daku,
Pandanglah sang bulan purnama.

    • Di Sunda, pantun dikenal dengan nama paparikan.

    Contoh:
    Sing getol nginam jajamu,
    Ambeh jadi kuat urat,
    Sing getol naengan elmu,
    Gunana dunya akhirat.

    Artinya:
    Rajinlah minum jamu,
    Agar kuatlah urat,
    Rajinlah menuntut ilmu,
    Berguna bagi dunia akhirat.

    • Di masyarakat Jawa, pantun dikenal dengan sebutan parikan.
    Contoh:
    Kabeh-kabeh gelung konde,
    Kang endi kang gelung Jawa,
    Kabeh-kabeh ana kang duwe,
    Kang endi sing durung ana.

    Artinya:
    Semua bergelung konde,
    Manakah yang gelung Jawa,
    Semua telah ada yang punya,
    Mana yang belum dipunya.

               Pantun telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda secara nasional pada tahun 2014, Menyusul pada tanggal 17 Desember 2020 pantun di tetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada sesi ke 15 intergovemental comitte for the safeguarding of the intangible cultural heritage.

            Dengan adanya penetatapan tersebut bukan berari kita tidak perlu berbuat apa-apa lagi , justru untuk terus memelihara sebagai warisan budaya tak benda dunia, pantun harus terus dikaji, ditulis sehingga terus lestari di masyarakat,
            
            Pantun sering di gunakan pada saat pidato atau sambutan, namun yang mengkhawatirkan pantun digunakan untuk mengolok-olok 




    Pengertian Pantun

    • Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019)
    •  Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”. Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019)
    • Pantun termasuk puisi lama yang terdiri dari empat baris atau rangkap, dua baris pertama disebut dengan pembayang atau sampiran, dan dua baris kedua disebut dengan maksud atau isi (Yunos, 1966; Bakar 2020)
    Pantun digunakan untuk komunikasi sehari-hari, sambutan pidato, menyatakan perasaan, lirik lagu, perkenalan maupun berceramah /dakwah

            Fungsi Pantun antara lain : sebagai alat pemelihara bahasa, penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur pikiran, melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar, sebagai alat penguat penyampaian pesan.

    Ciri -Ciri Pantun:

    * Satu bait terdiri atas empat baris
    * Satu baris terdiri atas empat sampai lima kata
    * Satu baris terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata
    * Bersajak a-b-a-b
    * Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayang
    *Baris ketiga dan keempat disebut isi atau maksud

     Adakah jenis karya sastra lain yang mirif dengan pantun? ada yaitu syair dan gurindam

    Perbedaan Pantun dengan Syair sebenarnya cukup jelas, selain dari persajakkannya harus ab-ab, pada pantun dua baris pertama merupakan sampiran, isinya ada di baris ketiga dan keempat. Sementara itu, pada Syair semua baris merupakan isi.

     seperti apa contoh syair?

    contoh syair

    Ke sekolah janganlah malas,
    Belajar rajin di dalam kelas,
    Jaga sikap janganlah culas,
    Agar hati tak jadi keras.

    Ada empat baris.

    Persajakan A-A-A-A (lihat bunyi akhirnya, memiliki bunyi yang sama "as")

    Baris pertama, kedua, ketiga dan keempat isinya saling berhubungan.


    Bagaimana dengan Gurindam?

    Contoh gurindam:

    Jika selalu berdoa berdzikir,
    Ringan melangkah jernih berpikir.

    Hanya terdiri atas dua baris.

    Memiliki hubungan sebab akibat.

    Bersajak A-A

    Contoh lain gurindam:

    Jika rajin zakat sedekah,
    Allah akan tambahkan berkah.


    Tips, Cara Mudah Membuat Pantun
    1. pahami terlebih dahulu ciri-ciri pantun.
    2. kuasai perbendaharaan kata. ( perbendaharaan kat bermanfaat agar rima bisa sama, karena sejatinya pantun menonjolkan keindahan kata.
    3. Menulis baris ketiga dan keempat terlebih dahulu

    Contoh:

    1. Tahu, bahu, perahu, suhu.
    2. Baik, naik, Daik, asyik.
    3. Cinta, pelita, kata, jelita, kota.
    4. Datang, petang, batang, kentang.
    5. Suka, cempaka, cuka, Malaka.
    "Perbendaharaan kata bermanfaat agar Rima bisa sama."
    Karena sejatinya pantun menonjolkan keindahan kata.

    jika kita buntu, tidak memiliki pembendaharaan kata dengan bunyi yang sama?
    Silakan  berselancar dan mencari di https://kuncitts.com.


    Tantangan yang diberikan oleh nara sumber untuk melengkapi baris pertama dan baris kedua

    Anak panda sedang melantun

    Menangisi diri kena bencana

    Apa tanda insan yang santun

    Akal diisi ilmu berguna


    Ternyata membuat pantun tidak semudah yang kita  bayangkan, tetap semangat untuk memlestarikan budaya indonesia dengan berpantun.




    Komentar

    Postingan populer dari blog ini