DIKSI SEBAGAI SENI BAHASA

Resume            : 18

Gelombang       : 29

Hari/Tanggal    : 4 Agustus 2023

Moderator         : Widya Arema

Nara Sumber     : Maesorah, M.Pd (Maydearly)

Materi                : Diksi Sebagai Seni Bahasa 


Seperti malam-malam kemarin selalu datang berbisik mengajak kita untuk bercengkerama tentang masa depan. Untaian Diksi yang saling bersautan antara nara sumber dan moderator membuat diriku terkesimak, Tak salah jika nara sumber kita di juluki The Queen Of Diction yang melekat pada Maydearly panggilan pena dari nara sumber kita yang lahir di Lebak, 26 November 1989. Materi kita tentang Diksi sebagai seni bahasa.

Diksi artinya pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan)

Menurut Maydearly Diksi bukanlah gaya bahasa , tetapi sebuah padanan kata yang bertujuan untuk memberi kesan menarik hingga mampu memikat hati pembaca

Diksi – akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction Kata kerja ini berarti: pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.

Dalam sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics – salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.

William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman.

Untuk mengembangkan Diksi agar menarik ada 5 trik 

1. Sense of Touch adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. indra peraba dapat digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.

Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi

2. Sense of Smell adalah menulis dengan melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.
 
Contoh:
Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan dilangit harapan

3. Sense of Taste adalah menulis dengan melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg tercecap di lidah.

Contoh:
Remah-remah kata terucap semanis karamel, Arsenik bual manja layaknya cuka apel. Meski diam terbungkam tetap asam dan asin bak menelan Botulinum Toxin

4. Sense of Sight adalah menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya.  Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya.

Contoh
Derit daun pintu mencekik udara di tengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu pernah kutinggali sebagai pijar luka yang menganga

5. Sense of hearing adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar. 

Contoh
Aku padamu seperti angin yang berlalu begitu saja, kini yang kupunya hanya melupa atas lara dari sajak jingga yang cedera

Berdasarkan 5 trik untuk mengembangkan diksi agar menarik tantangan yang diberikan oleh nara sumber untuk membuatkan satu paragraf bebas dengan melibatkan ke 5 panca indra.

Saat kurebahkan tubuh  dipembaringan
Malam berbisik mengingatkan petang
Bunga-bunga rindu bergelantungan 
di atas ranjang

Aku takut akan perginya malam teramat cepat
sementara semuanya belum terungkap
akan hadirnya mentari sebagai obat
agar rindu dapat kudekap





Terima kasih bu nara sumber untuk pelajarannya malam hari ini, walau tertatih-tatih agar resume dapat terselesaikan . mohon maaf masih terlalu jauh dari sempurna


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini